30 September 2010. Aku terengah-engah untuk sekedar melakoni kata ‘pulang’ di hari yang betul-betul menyiksa itu. Tahukah Kawan mengapa? Ya, kita sebenarnya hidup dalam era yang salah, kita hidup di masa di mana semua orang adalah korban. Korban egoisme diri, kebodohan masa lalu, dan ambisi akan masa depan.
Dan lihatlah hasilnya. Bumi kita yang katanya kita cintai ini pun semakin terkatung-katung, dan mulai tak lagi mempercayai kata-kata kita. Panas membara di pertengahan hari, membuat siapapun jengah, hanya untuh sekedar menghirup udara.
Keringat mengucur di keningku... aku lihat banyak orang berteduh di bawah pepohonan hanya untuk sekedar mengusap-usap rambutnya yang basah. Lalu lalang perkotaan yang tak terbendung. Tawa dan senyum di wajah beberapa orang. Aku melihatnya dengan egois dan sedikit amarah.
Tiba-tiba, hujan turun. Aku seakan tak percaya. Tak aku lihat lagi wajah gembira. Semua seakan menghindar, dan berlarian ke arah perlindungan yang dapat mereka temukan terdekat. Hujan mengganas, setelah panas menggila.
Apa yang sebenarnya terjadi? Ada yang salah dengan hal ini.
Coba kalian tanya kepada orang tua kalian. Apakah hal macam ini pernah terjadi dahulu? Pastilah mereka juga terheran-heran dengan fenomena ini.
Ya, bumi kita telah semakin rapuh. Dan hampir tak mungkin kita bisa memperbaikinya. Kita hanya mampu memperlambat pengrusakan ini.
Lalu aku berpikir... Untuk apa sebenarnya kita ada di bumi ini?
Apakah segala yang kita lakukan, kejar di dunia ini dapat benar-benar memberikan kebahagiaan? Jika melihat fenomena alam tadi, aku merasa harus kemballi mempertanyakan keberadaan kita di dunia ini. Semua manusia, tanpa terkecuali.
Apakah kita akan tetap bahagia hidup di bumi yang makin memprihatinkan ini? Walaupun semua yang kita citakan berhasil kita capai? Lalu, lebih jauh, apakah anak cucu kita akan merasakan kebahagiaan yang sama kelak, jikalau ternyata mereka hidup di bumi yang makin tua dan remuk?
Sebagian dari kita hidup dengan tujuan untuk dikenang orang lain. Sebagian orang menginnginkan agar anak-anak mereka dapat terus berbakti demi mereka, walaupun mereka telah mati. namun bila keadaanya demikian, apakah kelak mereka akan hidup tenang?
Aku pun mulai ragu, Kawan. Untuk apa kita di sini? Mengejar angan dan hal abstrak? Pengakuan yang hanya diucapkan? Kebanggaan yang hanya ada di hati?
Bagaimana kalau kita perjuangkan nasib anak-anak dan generasi kita mendatang?
Aku percaya, dalam usaha mewujudkannya, kita pun masih dapat berbahagia.
With much love and happyness,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar