Seringkali, ketika menunggu angkutan umum, saya menunggu di pinggir jalan, di mana juga terdapat seorang bapak tua yang berjualan bensin. Tak jauh darinya, sekitar 5 meter, ada juga seorang penjual bensin yang setiap pagi selalu kebanjiran pembeli.
Suatu saat saya berbincang dengan bapak itu. Ia adalah seorang pensiunan, dan menjual bensin ini ia maksudkan untuk mengisi waktunya yang sangat luang, selain mengantar jemput beberapa cucunya yang masih SD, dan merokok. Saya pun bertanya apakah ia tak takut tidak kebagian pembeli bensin. Karena seringkali saya pun melihat bensinnya tak banyak yang laku.
Ia pun bercerita bahwa itu adalah masalah rejeki masing-masing. ‘Ya sekalian latihan ketabahan.’ Setelah itu ia pun bercerita bahwa keuntungan yang ia dapatkan tidaklah seberapa, tapi banyak waktu yang ia habiskan. Terkadang, dalam sehari, ia hanya mampu menjual 3 atau 4 botol kecil bensin satu literan saja. sementara para penjual lain yang berada di dekatnya mampu menjual hingga 20 an botol.
Istrinya pun berkata bahwa mungkin orang-orang takut dengan bapak itu, yang jarang senyum. Saya dahulu awalnya pun merasa demikian. Namun, nyatanya, ia adalah orang yang sangat tabah, dan baik.
Kemudian ia pun berbicara tentang masalah kebakaran di kilang Cilacap. Pensiunan perusahaan minyak ini pun mengatakan banyak hal yang ia ketahui tentang distribusi minyak. Di balik perangainya yang cenderung cuek itu, saya pun dapat melihat bagaimana luar biasanya ia ketika dahulu masih lebih muda.
Sikap demikian pasrah atas rezeki ini bisa dikatakan baik, namun juga buruk. Setidaknya, untuk itu, kita memerlukan strategi dalam berdagang yang baik, tidak hanya berbekal prinsip ‘nrimo’ ala Jawa seperti ini.
itulah hidup....
BalasHapuskadang pemikiran orang gak sama kaya yang kita harapkan. mungkin buat sebagian orang nrimo itu part of perjuangan. byasalah orang jawa kebanyakan bersifat "nrimo".sebab itulah sampai sekarang kita juga dijajah, dan sebagian masyarakat pun juga NRIMO dijajah...