CHOICES

Kamis, 14 Oktober 2010

HAPPYNESS AND PAST

Kita, tanpa kita sadari, sebenarnya hidup di dalam tiga dimensi waktu: masa lampau, masa sekarang, dan masa depan. Kehidupan kita tak bisa terpisahkan dari mereka. Di saat kita sedang menyadari apa yang kita lakukan saat ini, waktu telah bergulir dan membuat masa depan menjadi masa sekarang, masa sekarang menjadi masa lalu, dan masa lalu tenggelam ke dalam lubangnya yang dalam.

Kita memang seringkali lebih memikirkan masa sekarang, karena sebagian besar manusia lebih mengutamakan tindakan. Dan tindakan hanya dapat bisa dilakukan sekarang. Tak untuk masa depan, karena tak ada tindakan untuk mesa depan, melainkan hanya sebuah rencana, mimpi, harapan, atau apapun itu. Begitu pula untuk masa lalu. Hanya tersisa kenangan dalam masa lalu, baik itu akan menjadi sebuah kenangan yang indah ataupun buruk.

Kebahagiaan itu mencakup segala hal di dalam kehidupan ini. Dan anda pun bisa mewujudkan sebuah kebahagiaan dari kesadaran akan masa lalu. Apakah maksudnya? Kebahagiaan dan masa lalu sebenarnya sangat terkait dengan perenungan kita akan kehidupan yang telah kita lalui selama kita hidup di dunia ini. Banyak orang yang seperti sudah saya bilang sebelumnya, tidak begitu memperhatikan masa lalunya, bahkan cenderung membenci masa lalu. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan perasaan internal tersebut. Entah itu dikarenakan trauma, kenangan buruk, prinsip hidup yang terlalu tak kenal lelah, terus maju mengejar berbagai keinginan hidup, dan lainnya.

Namun, kita tentunya ingin bahagia, bukan?

Kita tentunya menginginkan sebuah kebahagiaan yang sempurna. Dan kita tak akan bisa mendapatkan kesempurnaan itu tanpa adanya rasa syukur akan kehidupan itu sendiri. Membenci masa lalu adalah salah satu rasa tidak bersyukur. Tahu mengapa?

Tuhan, apapun kehendak-Nya, menciptakan kita di dunia ini untuk menghadapi masalah dan cobaan. Di sanalah sebenarnya letak dari inti kehidupan: seberapa kuat kita dapat menahan dan mengendalikan diri untuk kemudian menghempaskan berbagai cobaan tadi. Jadi, bagaimanapun masa lalu yang kita miliki, seberapa gelap pun itu, kita sebenarnya sedang manghadapi sebuah tantangan dari Tuhan. Dan dengan membenci masa lalu, dapat dikatakan kita telah kalah dalam pertempuran tersebut.

Lalu, apakah yang harus kita lakukan?

Tak baanyak sebenarnya, dan tak juga terlalu sulit, andai kita telah memiliki dan terbiasa untuk menciptakan pemikiran positif dari dalam diri kita sendiri. Hmm.... terdengar mudah, bukan? Namun kadang kita diciptakan sulit untuk berpikir positif. Untuk itu, kita hanya diharuskan perubahnya secara bertahap.

Ya, cukup berikan waktu untuk kita mengingat segala momen dalam hidup kita. Ada baiknya jika kita memulainya dari kenangan-kenangan buruk. Mengapa? Karena dengan mendahulukan kenangan buruk tersebut, kita dapat membandingkannya dengan segala kenangan baik yang pada akhirnya lebih kita renungkan. Sebenarnya, kita lebih sering terpengaruh oleh apa yang kita dapatkan di bagian akhir.

Proses perenungan akan masa lalu ini dapat kita lakukan dengan melihat kembali foto-foto kita di masa lalu, membuka kembali berbagai barang kita di masa kecil, atau pun kembali mengunjungi teman-teman lama, atau tempat yang pernah kita singgahi di masa lalu. Berhentileh sejenak di sana.

Selanjutnya, perhatikanlah objek itu dengan seksama, munculkan kembali gambaran masa lalu ketika anda berada di tempat tersebut, bersama siapa, dalam keadaan apa, atas alasan ingatlah.
Dan pertanyakanlah. Pertanyakanlah apa maksud dari keberadaanmu di sana, dengan mereka. Tuhan terkadang melibatkan kita pada suatu keadaan untuk tujuan tertentu. Reka-reka saja, kawan. Tak masalah jika kita mempercayai sesuatu yang kita pikirkan, andai dengan maksud untuk menciptakan kebahagiaan pribadi.

Ya, karena sebagian besar kebahagiaan kita berasal dari pengolahan pikiran yang cerdas dan positif.


With much love and happiness,

Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar