Ada dua alasan
mengapa seseorang membutuhkan sesuatu. Pertama, karena ia memang
membutuhkannya, dan kedua, yang kurang bijaksana adalah karena ia
menginginkannya. Tetapi, mungkin ada satu alasan lagi yang bahkan jauh lebih
buruk daripada keduanya, yaitu karena gengsi.
Banyak hal atau
benda saat ini yang makin mudah didapat pun menjadi salah satu pendukung makin
parahnya laju konsumerisme atas nama gengsi. Sejalan dengan hal itu, masyarakat
pun berbondong-bondong membeli barang berkualitas
keluaran terbaru, karena sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa ‘Yang
terbaru adalah yang terbaik’.
Dampak yang jauh
lebih buruk karena konsumerisme tersebut adalah bahwa banyak masyarakat yang
seakan ‘kehilangan’ jati diri. Mereka terbawa oleh gaya hidup orang lain, dan
membeli barang yang sedang trend, yang terkadang tidak mereka butuhkan.
Beberapa bahkan tidak mengerti apa manfaat utama benda tersebut! Dengan begitu,
mereka makin tidak mampu memahami diri sebagai individu yang berbeda. Mereka
telah memungkiri keunikan diri.
Mungkin latar
belakang gengsi inilah yang sangat perlu dihindari oleh masyarakat Indonesia
saat ini. Para produsen pastilah telah dengan jelas melihat aspek lemah para
konsumen tersebut. Konsumerisme tak pelak pastilah menguntungkan kedua pihak,
produsen dan konsumen. Tapi, apakah konsumen benar-benar untung dan ‘bahagia’
apabila ia kemudian menyadari sikap hidup mereka yang cenderung brutal dan tak
terkendali tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar