Dari 26 huruf
yang ada dalam alfabet, huruf apakah kiranya yang memiliki pengaruh paling
besar dalam kehidupan? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin masing-masing
individu mempunyai alasan yang beragam atas jawaban mereka, yang sangatlah
mungkin juga beragam. Sebuah buku yang telah difilmkan, yang ditulis oleh Steve
Conrad, berjudul The Pursuit of Happyness
barangkali bisa sedikit memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan yang
dikemukakan di atas.
Film fenomenal
ini telah menginspirasi banyak orang dari kisah sang tokoh utama, Christopher Gardner, dalam
memperjuangkan kehidupan ia dan anaknya. Namun kiranya ada hal yang cukup
janggal dari judul film tersebut. Happiness
(kebahagiaan) harusnya dituliskan dengan huruf i, dan bukan y,
sebagaimana yang tertera dalam judul tersebut. Lalu, apakah yang sebenarnya
terjadi? Apakah itu sebuah kesalahan nan fatal, ataukah sang penulis memiliki
maksud lain dengan menuliskannya demikian?
Humpty Dumpty, sebuah karakter dalam rima
bahasa Inggris mengungkapkan “It means just
what I choose it to mean—neither more nor less”
yang kira-kira bermakna “Apa yang aku katakan memiliki arti apa yang aku
inginkan. Tak lebih dan tak kurang.” Karena itulah, kiranya seseorang tidak dapat
dengan mudahnya mempersalahkan bahwa yang kata happyness yang Conrad tuliskan itu adalah sebuah kesalahan. Ia
tentunya memiliki alasan tersendiri mengapa ia memilih huruf y tersebut. Kita hanya tidak mengerti
dan tak mau memahaminya.
Selalu
ada alasan sejati di balik sesuatu.
Setiap
orang tentunya memiliki logika yang dapat membantunya memahami dan membuka
segala misteri kehidupan. Akan tetapi, beberapa orang terkadang membutuhkan
sesuatu untuk memancing logikanya untuk berjalan dan mulai mempertanyakan.
Bukankah luar biasa, bahwa kita dapat belajar untuk mempertanyakan esensi
kehidupan dimulai hanya dengan sebuah huruf? Orang-orang kini telah menjadi
begitu sibuk dan tak punya waktu untuk merenung atau memperkaya diri dengan
pengetahuan. Mereka terjebak dalam
rutinitas harian dan beranggapan bahwa sibuk adalah sesuatu yang membanggakan. Padahal,
rasa ingin tahu dan pengetahuan adalah modal utama seseorang untuk mencapai
kebahagiaan pribadi. Dan pengetahuan itu hanya bisa didapatkan dengan
menyisakan sedikit waktu untuk berpikir. Karena itu pulalah, banyak
rahasia-rahasia besar kehidupan hanya diketahui oleh orang-orang yang berpikir
dan bersikeras menemukan jawaban dari pertanyaan akan kehidupan.
Terkait
dengan pengetahuan, perlu diketahui bahwa akar dari segala ilmu yang berkembang
saat ini, adalah rasa ingin tahu, yang kemudian mungkin dapat diwakili dengan
istilah filosofi. Filosofi seringkali dikaitkan dengan begitu rumit dan
berkaitan dengan berbagai hal-hal
teoretis yang memerlukan pemikiran kritis untuk mengolahnya. Akan tetapi, dasar
dari filosofi sebenarnya sangatlah sederhana, yaitu rasa ingin tahu dan
mempertanyakan sesuatu. Jostein Gaarder dalam novelnya Sophie’s World menuliskan bahwa satu-satunya hal yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang filsuf adalah kemampuan untuk mempertanyakan dan berpikir
tentang sesuatu. Jadi, tak perlulah menjadi seseorang yang ‘besar’ untuk
menjadi seorang filsuf.
Oleh
karena itu, barangkali kita kini sebagai manusia perlu kembali belajar untuk
mempertanyakan segala sesuatu, sebagaimana yang banyak dari kita lakukan
sewaktu kecil dahulu. Tak usahlah terlalu peduli pada hasil atau jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hidup terlampau relatif dan luas untuk kita
mengerti. Juga ada begitu banyak alasan untuk pembenaran suatu hal. Yang kita
butuhkan sebenarnya adalah proses berpikir yang ditimbulkan dari pertanyaan
tadi.
Huruf
y yang disebutkan diawal tadi pun
sebenarnya juga dapat mengajarkan kita untuk memahami diri dan orang lain.
Setelah seseorang mampu dan terbiasa untuk mempertanyakan sesuatu, ia akan juga
mempertanyakan apa yang ada di dalam dirinya dan orang lain. Ia tidak akan lagi
menilai seseorang dari tampilan luarnya, dan akan mampu melihat diri orang lain
secara keseluruhan, tak hanya dari penampilan, status, atau harta. Untuk
dirinya sendiri, orang yang telah biasa mempertanyakan sesuatu pun akan sadar
bahwa penilaian masyarakat umum tak selalu benar. Ia takkan lagi ragu atau malu
untuk melakukan sesuatu yang ia nilai benar, walau banyak orang tak sependapat
dengannya. Masing-masing dari kita mengejar kebahagiaan dengan cara
masing-masing. Tak ada masalah, selama tidak melukai kepentingan orang lain.
Lebih
jauh, dengan seringnya seseorang mempertanyakan, dan dengan adanya pemahaman
yang baik seseorang pun akan mampu membuka mata untuk sebuah perubahan. Beberapa
orang kini pun sangat kaku dan strict
pada peraturan dan sistem yang sebenarnya kurang efektif. Mereka merasa nyaman
dengan hal itu, dan merasa takut bila terjadi perubahan, hidup mereka pun berimbas
pada ketidakjelasan. Mereka takut pada kemungkinan perbaikan.
Kebahagiaan
(happiness) adalah sesuatu yang
seluruh manusia cari dalam hidupnya. Mereka berjuang setiap hari, memberikan
cinta dan senyuman pada orang-orang di sekitarnya, adalah demi sebuah hal tak
kasat mata yang bernama kebahagiaan. Beberapa mengidentikkan bahwa harta dan
tahta adalah sumber kebahagiaan sejati. Mereka belajar hal tersebut dari
pendidikan dan banyak orang. Namun satu huruf, barangkali dapat mengajari kita,
bahwa kebahagiaan tertinggi didapat dari dalam. Dari pemahaman akan diri dan
segala sesuatu.
*Telah dipublikasikan di Buletin Swara Ungu FBS UNY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar