CHOICES

Senin, 26 Maret 2012

Antara Pendidikan dan Bisnis


Masing-masing hal memiliki sebuah sistem ada di dalamnya. Terkadang sistem hal tersebut dapat juga diterapkan dalam hal lain, karena pada dasarnya banyak hal dalam hidup ini terkait satu sama lain dalam sebuah filosofi, dan pemikiran. Namun kita tak akan membahasnya begitu dalam.

Pendidikan kini mungkin bisa dikatakan terlalu jauh dari esensi awalnya, di mana ia diciptakan untuk memanusiakan manusia. Ia kini seakan tampak ada untuk memaksa manusia untuk menjalani segala berbagai macam cara dan aturan ketat, demi iming-iming kehidupan sejahtera yang dapat ia berikan tiketnya pada kita. Siswa harus melalui berbagai macam proses penyaringan hanya untuk masuk sekolah. Siswa harus meminta banyak uang pada orang tuanya, agar ia dapat mengenyam pendidikan pada level tertentu. Namun, kini yang tampak miris adalah terkait hubungan antara pendidik dan peserta didik. Bagaimanakah anda melihat hubungan keduanya? Adakah yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang lain?

Pendidikan seringkali mengajarkan kita untuk berlaku adil terhadap sesama. Namun, apakah begitu juga yang terjadi di dalam bidang pendidikan itu sendiri? Sekarang, para pendidik seakan merupakan bos bagi para peserta didiknya. Siswa harus menuruti semua yang dikatakan dan diperintahkan oleh sang guru. Apakah sudah seharusnya demikian?

Sekarang kita gunakan logika kita, dengan sedikit mengkaitkannya dengan prinsip dan sistem dalam dunia bisnis. Dalam pendidikan, siswalah yang membayar, dan gurulah yang dibayar oleh instansi. Akan tetapi mengapa seakan tak ada keadilan di sini? Dalam bisnis, seseorang yang membayar adalah sang konsumen. Dan konsumen adalah raja. Ia harus diperlakukan dengan baik. Produsen seharusnya ketakutan apabila ia kehilangan kliennya. Tetapi tidak begitu yang terjadi dalam pendidikan. Atau mungkin bisnis dan pendidikan memiliki prinsip yang berbeda? Saya kurang tahu.

Ada yang mengatakan bahwa siswa harus menghormati guru, karena mereka lebih tua, atau karena mereka adalah sumber ilmu yang kita inginkan. Tetapi, hei, ingatlah bahwa mereka memang dibayar untuk itu! Kita sebagai peserta didik lah yang seharusnya membela diri kita. Menuntut imbalan yang setara atas apa yang telah kita berikan. Hubungan hormat-menghormati memang sudah seharusnya terjadi, namun, saya melihat itu sebagai sesuatu yang di luar prinsip keduanya. 

Saya hanya membandingkan keduanya, tanpa benar-benar mengerti bagaimana yang seharusnya terjadi di dalam pendidikan. Akan tetapi, setidaknya kita sedikit memiliki pemikiran tersebut. Agar kita tak terjebak dalam suatu profesi, tanpa mengerti esensi utamanya.

Hidup para peserta didik!
With much love and happyness,
November 8th, 2011, SALC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar