Rasanya asyik melihat orang yang sedang menggunakan handycam. Mereka merekam apa saja yang dapat dilihat sambil memberikan komentar seperti, ’Inilah tangganya.’ Hal seperti itu baik untuk kita lakukan, merekam hidup kita dengan kedalaman yang sama. Sebenarnya, kita sudah melakukan hal ini setiap kali kita berhenti untuk kemudian menyadari apa yang sedang kita alami. Dengan meluangkan waktu sebentar untuk mundur selangkah ke belakang dari kehidupan kita dan mengamatinya, kita dapat menemukan suatu keindahan, beberapa kecocokan, atau bahkan sedikit keberuntungan. Berhenti untuk memperhatikan hal seperti ini, akan mendorong datangnya kembali hal-hal baik tersebut lebih banyak lagi.
Kita kehilangan banyak kesempatan karena kita tidak memberinya jalan masuk. Seseorang mengatakan kepada kta sesuatu dan kita menjawabnya dengan kata, ”Hm...” tanpa betul-betul menaruh perhatian. Atau kita menganggap biasa sesuatu yang indah (”Memang hari ini adalah hari yang indah. Tapi bukankah San Diego memang selalu begitu?”). Atau kita melakukan begitu banyak hal sekaligus dan tidak satu pun yang betul-betul mendapat perhatian kita sepenuhnya.
Satu cara agar pikiran kita menjaga kita adalah melalui mekanisme untuk menutup diri yang bekerja saat kita menderita kesakitan fisik yang luar biasa atau pada saat kita mengalami trauma emosi yang sangat parah. Oleh karena kita sangat sibuk di masa sekarang ini, sistem pelindung ini kadang-kadang juga muncul saat segala sesuatunya sedang menyenangkan. Kita menjadikan diri sendiri sebagai subjek dari sekian banyak stimulus sehingga bagian dalam diri kita berusaha melindungi kita dari kelebihan yang ada dengan secara acak memilih kejadian-kejadian untuk direkam sebagian saja. Jika kita tidak mengingatkan diri kita sendiri untuk mengambil sensasi atau kejadian yang khusus, kita dapat berjalan melalui hal tersebut tanpa menjadikanya suatu pengalaman yang dapat memperkaya atau melengkapi kita.
Jika kita berlatih untuk berhenti setiap saat, menyadari apa yang sedang terjadi- apa yang akan kita lihat, aroma yang kita cium, siapa yang sedang bersama kita, bagaimmana saat itu terasa secara fisik maupun mental- kita telah berada di jalan yang benar untuk memperoleh hidup yang paling optimal di dalam kehidupan kita sendiri. Teknik lain untuk memaksimalkan suatu puncak peristiwa untuk dengan secara baik memahami apa yang baru terjadi.
Saya ingat kembali saat berkunjung ke New York dan mengikuti seminar. Saya duduk di sebelah seorang perempuan bernama Lea. Setelah seminar berakhir, kami berjalan bersama sepanjang beberapa blok dan saya kemudian mempelajari bahwa Lea, seperti saya, senang menulis dan secara teratur berlatih yoga. Lalu kami berjanji untuk bertemu dan makan siang bersama. Setelah dia pergi, saya lalu berhenti, hanya untuk berdiam diri kira-kira satu menit di sudut antara Park Avenue dan 52nd Street. Saya berhenti di tengah keramaian dan kebisingan yang mengingatkan bahwa saya sedang berada jauh dari rumah, dan saya baru bertemu orang asing yang akan menjadi teman. Saya tidak dapat membiarkan hal tersebut lewat begitu saja. Saya kemudian segera memanggil taksi dan melakukan hal berikutnya tanpa menunggu lagi sehingga pemberian yang penuh rahmat dan datang tiba-tiba ini tidak tenggelam dan lenyap begitu saja.
Latihan untuk berhenti beberapa saat ini sangat penting khususnya selama masa peralihan penting seperti reuni atau perjalanan khusus. Hal-hal tersebut adalah kejadian khusus yang kita ingin alami secara mendalam, tetapi juga mudah untuk terlewatkan, sebab hal-hal itu seringkali terjadi saat kita sedang sangat sibuk. Pada waktu William dan saya menikah, kami meminjam tradisi perkawinan Yahudi yang memberikan waktu sebanyak lima belas menit bagi pasangan untuk berdua saja dalam upacara perkawinan. Betul-betul saat yang sangat berharga! Rencana, persiapan, tamu-tamu di rumah, dan segala urusan yang lain telah menghabiskan semua energi kita sebelumnya. Upacara perkawinannya memang sangat indah tetapi terbuka. Dalam waktu lima belas menit, setelah upacara itu, kami dapat saling menyentuh dan mengingat alasan untuk semua hal ini.
Jika ide untuk berhenti itu menakutkan sebab kita khawatir akan melewatkan sesuatu, ingatlaah bahwa tanpa berhenti, kita dapat saja melewatkan semuanya. Carilah saat khusus dalam pengalaman kita di saat masa berhenti dapat dilakukan. Mengucapkan syukur dan duduk diam selama beberapa saat sebelum makan adalah satu contoh dari masa berhenti itu. Di tengah apapun yang sedang terjadi, serinng-seringlah berhenti untuk beberapa saat dan merasakan kenyataan yang ada. Saat kembali melanjutkan apa yang tengah dilakukan, kita akan dapat lebih mendalami lagi.
Sumber: Bahagia dalam Kesibukan, Victoria Moran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar