CHOICES

Minggu, 03 Oktober 2010

MEMBANGUN KESUKSESAN DENGAN MEMAHAMI DIRI SENDIRI

Mengenal diri sendiri adalah langkah laing awal dan paling penting dalam proses mengejar impian dan cita-citamu. Kamu perlu merasa cukup nyaman dengan dirimu agar bisa menerima pengaruh dari orang lain. Jika kamu nggak merasa nyaman dengan dirimu sendiri, besar kemungkinan kamu nggak akan terbuka pada cinta, kritik yang membangun, dan saran dari orang-orang yang ada di sekitarmu.

Saya menemukan ini saat mulai mencari tahu kenapa ketenaran Oprah dan respons publik akan hubungan kami membuat saya begitu marah. Saat saya memandang ke dalam diri dan menemukan penyebab sakit hati itu, saya belajar banyak hal tentang diri saya sendiri. Saya mulai memahami dan menerima diri saya sampai ke tahap saya menjadi bebas untuk menciptakan visi hidup saya, sebuah kehidupan yang lebih baik daripada yang mungkin akan saya rancang bila saya nggak dipaksa untuk benar-benar melihat pelbagai aspek, baik atau buruk, yang memengaruhi penentuan tindakan dan perasaan saya.

Pengalaman itu adalah sebagian hal yang menginspirasi saya untuk menulis buku ini agar orang lain juga menemukan jalan mereka sendiri. Meski orang sering mengatakan kalau saya terlihat sangat pede, sejujurnya, seperti orang lain, saya telah berjuang melawan ketidakpedean untuk waktu yang cukup lama. Ketidakpedean saya dimulai sejak masih muda dan berawal dari kondisi keluarga kami.

Saya nggak akan pernah bisa melupakan kejadian yang menimpa saya di toko kopi kecil milik pak TA tempat para remaja nongkrong di New Jersey. Saya tengah menyombongkan diri padanya tentang semua tawaran beasiswa yang saya terima dari berbagai perguruan tinggi. Beliau memandang saya dan berkata ’kau nggak akan pernah bisa masuk perguruan tinggi karena keluargamu sangat bodoh’. Beliau merujuk pada dua adik saya yang menderita kerebelakangan mental.

Itu sangat menyakitkan. Saya berusaha keras membuktikan kemampuan saya pada masyarakat di kota itu, tapi selalu ada orang yang siap menjatuhkan saya dengan memakai cacat kedua adik saya itu. Pukulan dan hinaan itu membuat saya makin membebani diri sendiri. Saya bergabung dalam hampir semua kegiatan sekolah yang bisa saya ikuti. Namun demikian, saat itu tampaknya semua prestasi saya tetap nggak bisa mematahkan stigma itu.

Empat tahun kemudian, setelah menyelesaikan kuliah, saya kembali ke kedai itu. Saya masih marah padanya, tapi beliau membuat saya terkejut saat menyapa dengan hangat dan mengatakan betapa beliau bangga melihat saya berhasil meraih gelar. Saya nggak mengingatkan beliau akan perkataannya dahulu. Beliau mungkin sudah melupakannya, tapi saya jelas belum. Kini saya jadi berpikir, apakah dahulu beliau mengatakan kalimat jahat itu untuk memotivasi saya. Di saat sekolah nggak berjalan baik, saya akan memikirkan tentang perkataan Pak T.A daulu, lalu kembali belajar keras.

Saat masih kecil, saya merasa kesepian dalam kegelisahan dan merasa harus mengatasinya sendiri. Kini saya tahu kalau kita semua punya masalah. Kita semua punya rintangan yang mesti dilalui. Saya juga akhirnya paham kalau banyak orang mau memnabtu kita jika kita bisa menerima dan membantu diri sendiri. Itu benar. Jika dirimu dipenuhi kemarahan, kekasaranmu menjauhkan orang darimu. Tapi jika kamu berdamai dan percaya pada diri sendiri, orang akan tertarik untuk mendekatimu.


Sumber: I Can Do It, Stedman Graham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar