Ada baiknya jika kita mulai pembahasan topic ini dengan sebuah pertanyaan (seperti biasanya): Apakah anda bica menciptakan kebahagiaan nan sejati dalam sebuah kesendirian?
Anda masing-masing tentu memiliki jawaban yang berbeda atas pertanyaan tersebut. Semua bergantung pada pemahaman anda sendiri mengenai makna kebahagiaan itu sendiri.
Kebahagiaan sejati dapat berarti ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan diri. Dan saya juga anda pastinya juga yakin bahwa kebahagiaan dalam definisi tersebut dapat kita wujudkan dalam kesendirian dan renungan dalam diri kita sendiri.
Namun saya telah berkata sebelumnya bahwa benar dan salah akan sesuatu sebenarnya bergantung pada pandangan masing-masing orang. Oleh karena itu, banyak mungkin orang yang akan berpendapat berbeda.
Sebagian besar orang mengalami momen-momen yang menyenangkan ketika mereka sedang bersama orang-orang terdekat seperti keluarga, kekasih, atau teman. Dari hal inilah dapat kita simpulkan bahwa kebersamaan merupakan suatu hal yang penting dalam mewujudkan kebahagiaan. Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana mewujudkan sebuah kebersamaan yang baik di dalam kehidupan kita. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan anda sebagai EVERYONE’S YOU.
Apa yang dimaksud dengan EVERYONE’S YOU? Bagi anda yang memahami English pun pasti masih hanya sedikit memiliki gambaran tentang arti frase tersebut. EVERYONE’S YOU berarti YOU ARE EVERYONE’S. Anda adaah milik semua orang. Memiliki prinsip ini sangatlah penting bagi kta semua sebab dengan memegang prinsip ini, kita tanpa sadar telah membebaskan diri ita dari berbagai batasan. Batasan yang dimaksud di sini adalah batasan dalam pergaulan dan sosialisasi.
Ya, terkadang kita terlalu merasa nyaman dengan sebuah kondisi yang telah lama kita rasakan. Begitu pula dalam hal pergaulan. Kita kadang tak ingin atau enggan untuk merasakan segala hal yang baru, lengkap dengan segala resiko dan kejutannya.
Manusia cenderung hidup berkelomppok. Entah dengan maksud apa, namun tampaknya sudah menjadi karakter dasar manusia untuk berkelompok. Hal ini kebanyakan disebabkan rasa nyaman, kesamaan, ataupun dalam suatu usaha untuk melawan kelompok yang lain. Saya melihat hal ini sebagai sebuah permasalahan. Kita tak dapat menolak untuk cenderung condong pada satu atau lebih kelompok. Namun, kita tak boleh memelihara sikap yang tertutup akan segala sesuatu ini (eksklusifisme).
Ada baiknya jika kita tak menjadi atau merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok. Memang akan terkesan individualis dan egois. Namun kesan bukanlah kenyataan! Birkan saja orang menilai kita. Hanya kita yang tahu apa yang kita lakukan itu benar.
Orang yang bukan milik siapapun, adalah milik siapapun. Dan orang yang merupakan milik seseorang, adalah HANYA milik orang tersebut.
Pernyataan itu sebenarnya dapat kita katkan dengan masalah ketergantungan diri. Apa maksudnya? Coba kita pikirkan. Orang yang telah terbiasa untuk hidup di dalam suatu komunitas, cenderung untuk bergantung kepada komunitas tersebut di dalam kehidupannya. Ketergantungan yang berlebihan inilah yang kiranya cukup berbahaya. Seseorang akan menghadapai kesulitan untuk ’keluar’ dan menghadapi kehidupan, dan manusia yang begitu beragam. Ia justru akan merasa begitu terancam, kosong, dan terkungkung apabila berada di dalam lingkungan yang asing bagi mereka.
Kita takkan selamanya bisa hidup di dalam suatu batasan. Kita mau tak mau harus berani untuk menghadapi sesuatu yang berada di luar zona nyaman kita. Hal ini dikarenakan kita harus perlahan-lahan belajar menghadapi sebuah rasa tidak nyaman. Itu juga cukup penting, selain adanya percaya diri. Dengan kedua hal tersebut, kita pun akan lebih terbiasa untuk bergaul dengan siapapun, dalam kaitannya untuk menjadikan kita EVERYONEE’S YOU., mendapatkan lebih banyak orang, dan tentu saja, meraih kebahagiaan.
With much love and happyness,
Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar