Menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi tidaklah selalu membuat seseorang tahu apa yang akan ia lakukan kemudian hari, siapa dia akan menjadi, pekerjaan apa yang akan ia geluti.
Keberhasilan yang ia lakukan dan capai semasa kuliah, seperti IPK yang tinggi, piagam-piagam penghargaan yang ia dapatkan, kadang sama sekali tidak menentukan masa depan seseorang. Saya mengenal beberapa orang yang demikian.
Sedari awal misalnya, ada orang-orang yang memang tidak kuliah pada tempatnya. Mereka terus saja menjalaninya, karena kisah telah dimulai. Tak boleh ada jalan kembali. Waktu terus berlalu, dan mereka merasa makin tersiksa dengan berbagai beban studi yang harus mereka jalani, yang mungkin sekali tidak sesuai dengan ekspektasi mereka dahulu. Beberapa orang akan mengambil jalan pintas, yaitu dengan menggeluti pilihan2 beragam yang ditawarkan universitas untuk menyalurkan bakat dan minat mereka. Tapi, di sisi lain, mereka telah menelantarkan studi mereka. Entahlah apa yang menjadi pertimbangan mereka. Itu adalah pilihan.
Ketika mereka lulus pun, ada yang mengambil jalan lain, yang berbeda dengan pilihan mereka sebelumnya. Seseorang yang ternyata tidak merasa pantas dan mampu menjadi seorang guru, kemudian merintis jalan untuk membuka bisnis, menjadi pegawai kantoran, dan kemungkinan lainnya.
Manusia senantiasa berubah, dan bahkan diri mereka sendiri mungkin tak akan mengetahui arah perubahan diri itu. Satu hal yang pasti penting, adalah bahwa setidaknya mereka masih terus belajar akan sesuatu, walau kadang di sisi lain harus ada yang dikorbankan.
Saya pribadi pun telah mengalami 2 perubahan besar dalam masa studi saya. Kini, saya tak lagi berminat menjadi seorang guru. Namun, tetaplah dibutuhkan orang yang sepenuh hati setia pada profesi ini. Bayangkan, siapa yang akan menjadi guru, bila semua orang berpendapat sama seperti saya?
Saya hanya berharap bahwa mereka yang setia pada profesi itu tahu kekurangan dan kelebihan dari profesi itu, dan sebenarnya masih ada pekerjaan yang mungkin lebih baik dari itu. Seberapapun kita mencintai sesuatu, kita masih harus tetap mempertimbangkan hal lain yang mungkin lebih baik.
Jangan menjadi seorang ekstrimis.
With much love and happYness,
August 16th, 2011, 12.19 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar