CHOICES

Rabu, 03 November 2010

BAGAIMANA MENYAMPAIKAN PUJIAN?

1. Pujian yang sungguh-sungguh meneguhkan seseorang haruslah disampaikan secara autentik dan tulus (bukan basa basi), tidak membesar-besarkan dengan gaya hiperbolis. Maka, tidak ada gunanya memuji orang lain dengan maksud untuk mendapatkan simpati orang lain atau menghindarkan kritik mereka terhadap kita. Pujian hanya berarti jika dilandasi oleh motivasi yang tulus untuk mengapresiasi pribadi yang kita puji apa adanya.
2. aturan dasar dalam seni memuji: menguraikan dan bukannya mengevaluasi atau menilai. Lebih efektif memberitahu perasaan atau keterlibatan kita terhadap pribadi orang lain daripada menilai pekerjaan atau perilakunya. Mengatakan ’Aku senang lihat gambarmu, terutama gambar pohonnya ini’ kiranya lebih efektif daripada menilai ’Kamu memang hebat dalam menggambar’. Mengatakan ’Tulisanmu membuat saya penasaran’ lebih bisa diterima sebagai apresiasi positif daripada ’Kamu memang penulis yang hebat’. Ungkapan pertama menunjukkan adanya unsur perhatian dan keterlibatan orang yang memuji.


BAGAIMANA MENERIMA PUJIAN?

1. Sebagaimana kritik, pujian dari orang lain juga hanyalah ungkapan kesan terhadap sebagian kualitas pribadi kita. Orang lain tentu tidak secara penuh memahami segala aspek diri kita. Maka, pujiannya pun hanyalah berkenaan dengan satu atau dua hal dari kepribadian kita. Kesadaran ini membantu kita untuk tidak menjadi besar kepala karena di samping kekuatan, kita juga memiliki kelemahan yang barangkali tidak dilihat oleh orang lain.
2. Terima segala pujian jika kita tidak beralasan untuk meragukan ketulusan pujian itu. Akui pujian itu dengan ungkapan sederhana ’Terima kasih, aku senang kamu mengatakannya’, dengan bahasa tubuh (senyuman atau pandangan mata yang bernuansa terima kasih)
3. tidak perlu terburu-buru untuk mengembalikan pujian kepada orang lain, seolah-olah kita wajib membalas pujian secepat mungkin. Dalam kondisi demikian, kita justru cenderung memberikan pujian yang tidak tulus. Misalnya, ketika orang lain memberikan kesannya bahwa kita begitu rajin, kita segera mencari perbandingan pada diri orang itu, ”Kamu juga rajin kok.” Pujian belum kita terima, tetapi kita justru balik ’memuji’ karena merasa ’berhutang budi’ telah dipuji.


Sumber: Seks Gadis? A. Setyawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar