Kita manusia hidup di alam kepastian, hukum pasti berlaku di ala mini. Sebagai contoh jika kita menanam jagung sudah pasti jagung yang akan tumbuh nantinya. Jadi mengapa kita masih menyalahkan keadaan, orang lain, nasib atau apapun penyebab kegagalan hidup kita? Ini hanya masalah bagaimana kita menyikapi hidup kita. Hukum pasti ini akan mengikuti hidup kita.
Tidak ada yang menanam jagung, maka padi yang akan dituainya. Begitu pula kita manusia, karena kita adalah bagian dari alamini, sudah pasti kita juga akan terkait dengan hukum pasti ini. Jika kita menanam kebaikan, maka suatu hari nanti kebaikan pula yang akan kita terima sebagai imbalannya. Begitu pula sebaliknya. Rencanakanlah dalam hidup kita untuk menabur benih-benih yang baik, suatu hari nanti kita akan menuai hasil taburan yang telah kita tabur sebelumnya.
Seringkali kita salah kaprah jika melihat seseorang yang kita kenal dahulu, misalnya orang tersebut telah berhasil dalam kehidupannya. Apa yang muncul di benak kita? Ya, kita cenderung menganggap dia beruntung, bukankah begitu? Padahal kita tidak melihat apa-apa yang telah dia tabor. Dia menanam, merawat dengan menyirami dan menjaganya sehingga tidak heran dia akan menuai hasil yang baik. Perlu diingat sekali lagi sudah pasti dia menabur benih baik, dia menanam kebaikan dan kerja keras, merawat dengan sepenuh hati, berjuang dalam persaingan hidup. Jadi sudah sepantasnya jika dia dapat memperoleh kesuksesan, bukan sekedar hanya keberuntingan belaka. Ada harga yang harus kita bayar jika menginginkan kesuksesan. Untuk sebuah kesuksesan kita harus membayar secukupnya. Bahkan Tuhan pun tidak dapat menolong tangan yang malas, kita tetap harus berusaha sebaik mungkin. Tuhan selalu membantu kita pada saat yang tepat, sabarlah dan mencoba untuk mengerti apa yang Tuhan mau untuk hidup kita.
Jangan menyalahkan keadaan atau apapu dalam hidup ini, seringkali kita terjebak dengan kata nasib. Apa yang terjadi di dunia ini adalah tergantung nasib, begitulah ungkapan mereka tentang hidup ini. Percayakah kita terhadap pernyataan tersebut? Apakah nasib itu?
Sumber: The Balance of Life, VP Yance Chan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar