CHOICES

Jumat, 03 Februari 2012

BANGSA YANG KEHILANGAN JEJAK



Ada yang salah dengan manusia Indonesia saat ini. Salah satu kesalahan dan kebiadaban dari ribuan lainnya yang tumbuh kembang seiring doktrin dari luar, perkembangan zaman, dan manusia-manusia udik yang tak bisa memberikan batasan pada hidupnya sendiri.
Ini semua tentang kaki.
Organ tubuh yang akan dengan bangga hati saya dan orang lain syukuri keberadaannya. Dan semua ini berawal dari celoteh saudari saya, menjelang buka puasa yang penuh keriangan tersembunyi, kemarin. Ia bekerja di dekat persinggahan yang kami tinggali selama belasan tahun ini. Tak hingga tiga ratus meter, dan ia tidak juga memiliki semacam kendaraan pribadi yang bisa membantunya mencapai sebuah warung sederhana itu. Jadi, berjalan kakilah ia. Ia telah melakukan itu selama dua atau tiga tahun belakangan, tetapi, kemarin ia bertemu dengan seorang pembantu rumah tangga di wilayah yang kami tinggali. Seseorang yang baru ia kenal. Mereka terduduk untuk sedikit berbincang. Lalu, pembantu itu bertanya,
“Mbak setiap hari jalan kaki? Apa tidak jauh, Mbak?”
Dan saudari saya menjawab, “Tidak, kok, dekat...”
Dan pembantu itu menggumamkan huruf bulat. Ia pun seperti memendam iba yang tersimpan tak terucap. Saudariku pun baru tahu, seseorang telah memperhatikannya tanpa disadari selama beberapa waktu ini. Tetapi, yang sebenarnya adalah ironis adalah kenyataan bahwa orang tadi adalah pembantu, yang iba padanya, dan menganggap berjalan kaki tiga ratus meter plus di bulan puasa, adalah hal yang janggal dan memprihatinkan! Pembantu macam apa itu? Mungkin ia adalah pembantu milenium yang menunggangi motor hanya untuk ke pasar yang berjarak seratus meter dari rumah majikannya? Alamak, hebat nian bangsa ini! Karena saudari saya telah sering mendengar kata-kata yang lebih simpatik, ia pun hanya tersenyum. Dan yang lebih dapat saya banggakan, adalah karena ia cukup menjawab, “Apa salah kalau kita berjalan?”
kata itu juga yang ingin saya sampaikan pada Anda.
Apa yang salah dengan itu? Itulah yang tidak terpikirkan oleh orang-orang yang sudah termakan arus gengsi dan kemalasan yang ditimbulkan oleh teknologi. orang-orang Jepang yang memproduksi motor-motor atau kendaraan itu, dan setan dunia pun akan tertawa lebar bila melihat kondisi yang konsumptif ini dan berkata: “Haha… orang-orang bodoh; Penuhi bumimu dengan asap-asap itu! Kepulkan! Biar hancur sekalian!”
Saya merasa beruntung tak berada di pihak mereka. selain karena sebuah keterbatasan, pembelajaran dari kegiatan sederhana ini: berjalan, yang bisa membuat saya bertahan dan tak menjadi bayi besar yang hanya bisa merengek dan manja pada nasib, apalagi sampai mengikutsertakan nama orang tua. Tabu! Dan apalagi? Apa yang bisa didapatkan dari berjalan?

1.      Sudah terbukti bahwa orang-orang jaman dulu, berumur panjang karena mereka terbiasa berjalan kaki berkilo-kilo meter dan tanpa alas kaki. Kaki yang telanjang itu tak langsung seperti dipijat refleksi oleh bebatuan yang mereka tapaki. Setidaknya itulah yang diceritakan seorang ayah kepada saya. Juga ibunda tercinta yang menempuh jalan gunung yang sepi dan berkelok di masa kecilnya. Dan orang zaman sekarang hanya bisa menangis atau bersimpati pada cerita-cerita seperti itu. andai aspal-aspal tak merajai jalanan, dan tak membakar kaki yang telanjang, mungkin Indonesia akan lebih baik.
Teknologi lebih bersifat menghancurkan daripada memperbaiki.
2.      Dunia akan berjalan lambat bila kau berjalan saat ini. tetapi, kau membandingkannya dengan lingkungan yanga ada saat ini, di mana arus transportasi cepat dan orang sibuk. Biarkanlah mereka. Apa yang sebenarnya mereka kejar? Penghidupan yang layak? Ketergesaan untuk hal yang tidak pasti? Yang kau butuhkan adalah kerja keras, dan kemauan yang kuat, bukan keterburu-buruan untuk meraih kesempatan hidup, atau hal yang bersifat praktis, dan tanpa proses. Untuk apa kau mencoba ribuan hal, kalau ternyata kau hanya perlu satu? Fokuslah pada hidup ini, prioritas. Target utama tujuan hidupmu, dan jangan terbuai; biarkanlah kau lama mencapainya, asal kau masih yakin.
Dan lagi, hidup ini adalah permainan sudut pandang.
Jika kau melihat dirimu tertinggal dalam arus kehidupan yang cepat saat ini, coba lihatlah masa lalu, tak ada orang yang butuh kendaraan, kehidupan modern yang memanjakan, atau ketergesaan itu. Mereka tetap bersukacita dalam dunia mereka yang jauh lebih lambat, namun tidak juga pernah meninggalkan mimpi mereka yang jauh di depan sana.
3.      Lelah… Apa yang salah dengan lelah? Semua orang pasti lelah. Bersenang-senang, mereka lelah kemudian. Bahkan orang yang tidur seharian pun akan lelah. Dan apa kau akan merengek karena lelah yang tak sebanding dengan kesehatan yang kau dapat?
Janganlah takut pada lelah, tapi takutlah pada apa yang belum kau perbuat sebelum kau lelah!

Dan lagi, ada makna di baliknya. sebagaimana makna dan pembelajaran dari tiap serpih pengalaman di dunia ini. Akan perjuangan yang tak kenal lelah, kegigihan. Bahwa masih ada langit di atas langit. Lebih banyak orang yang berjuang lebih keras untuk hidupnya. Dan kini, hal itu seperti menjadi dongeng di buku-buku, televisi. dan kau hanya bisa melihat, kasihan, tanpa meneladaninya? Tidakkah kau malu, manusia Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar