Dengan adanya kurikulum 2013 yang banyak dianggap terlalu
terburu-buru atau gegabah oleh masyarakat kini, maka muncul pulalah berbagai
opini tentang apa permasalahan utama dati pendidikan di negeri kita ini.
Pemerintah mungkin menganggap kurikulum yang belum sesuai dengan visi misi
kebangsaan sebagai hal terpenting, sehingga mereka hobi sekali melakukan revisi
kurikulum yang terdengar seperti coba-coba.
Bila menyoroti keadaan ini, maka bias dibilang
pendekatan yang dilakukan kini adalah top
down, sebagai guru di pihak terakhir yang mesti menyesuaikan diri, tentunya.
Sekarang coba pikirkan, siapa pihak pertama yang menjadi tumpuan pendidikan?
Guru, bukan? Mengapa kita tidak mencoba berpikir secara bottom up. Dan jikalau
sebelumnya telah ada kurikulum KTSP di mana sekolah diberikan kebebasan untuk
membuat standar sendiri, mengapa tidak memberikan kebebasan pada guru untuk
juga membuat standar sendiri?
Ya, meski tak semua guru kompeten dalam menyamakan standar
pendidikan, setidaknya dengan kebebasan itu mereka lebih mampu meningkatkan
kemampuan dan terutama moral siswa, walau hanya sedikit.
Pembelajaran besar tak mesti dari sesuatu yang besar dan
terjadi drastic atau cepat. Mengertilah
makna sebuah proses.
1 Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar