Segala sesuatu dalam hidup ini sebenarnya terhubung satu sama lain dalam sebuah filosofi. Hal inilah yang kemudian mampu memberikan pembelajaran pada umat manusia; mereka yang mau berpikir dalam tentang dirinya, orang lain, alam, dan hubungan atara mereka. Juga hakikat hidup itu sendiri. Banyak hal yang bisa mengajari kita tentang hal-hal dalam hidup secara spesifik, dan salah satunya adalah tangan kita. Setidaknya ada dua hal yang dapat diajarkan oleh tangan. Semoga ini pun dapat menjadi bahan/ide yang menarik untuk para guru dalam mengajarkan karakter secara sederhana di dalam kelas:
1. Kepemimpinan
Lihat tangan anda baik-baik. Kepalkan tangan anda. Buka kembali tangan anda. Dapatkah anda melihat satu jari yang beda jauh dari yang lain? Kepalkahn kembali tangan anda. Dan jika anda mengepalkan dengan benar dan lazim, anda akan menemukan jawabannya, karena jari itu lah yang ada paling luar: ibu jari.
Tangan dan jemarinya adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan struktur social dan masyarakat. Mereka ada dengan bentuk dan fungsi masing-masing. Dan sebagaimana sudah anda ketahui, yang dapat kita andaikan sebagai seorang ketua dari kelima itu adalah ibu jari. Ketika anda mengepalkan dengan benar, ibu jari akan berada paling luar, ‘melinduingi’ yang lain. Tak lazim jika anda mengepal dengan ibu jari di ‘dalam perlindungan’ yang lain. Begitulah ketua, ia harus melindungi yang lain. Dilihat dari bentukpun, ia berbeda. Bisa dikatakan ia yang terkuat. Dan bayangkan, jika anda tak memiliki sebuah ibu jari. Anda akan kesulitan memegang sesuatu. Semua akan berjalan sulit bagi anggota yang lain, tanpanya.
2. Amarah
Sekali lagi, kepalkan tangan anda. Pukulkan kepalan itu pada dinding. Dan jika anda terlalu sayang dengan tangan anda, pukulkan lagi pada objek lain. Sekali lagi! Lebih keras!
Percobaan ini akan sangat tepat jika anda pun sedang dalam keadaan marah. Dan apa yang anda rasakan? Puas? Lega? Bohong. Itu hanya perasaaan, nafsu dalam diri anda. Coba rasakan dengan lebih realistis, lebih jujur. Tidakkah ada perih di tangan itu? Saya jamin. Hanya orang gengsi dan diliputi amarah tinggi yang menganggap hal itu tak ada. Sekali lagi, itu karena perasaan anda, bukan? Perih tetaplah perih, dan ia tetap meninggalkan bekas.
Begitulah bila anda memiliki amarah. Seperti pada dinding itu, anda takkan hanya melukai orang lain, tetapi diri anda sendiri, kepalan tangan anda sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa ‘orang ada batasnya… kita bias marah!’, tapi, bagaimanapun, kesabaran adalah hal yang paling mulis, tak terbantahkan. Walau kadang kita merasa sangat tersiksa dengan ketidakberdayaan dan ‘kepasrahan’ itu.
Sekarang, coba bayangkan, tidakkah anda merasakan lelah dari amarah itu? Tidakkah anda sadar bahwa kita bisa membuka lebih banyak masalah pada diri sendiri kita saat marah? Saat sebagian besar kendali lepas atas diri kita?
Sebagaimana telah disebutkan, perih akan meninggalkan bekas. Mungkin anda takkan terlalu merasakan luka mereka yang anda sakiti. Tapi, kemungkinan besar, di jemari anda masih membekas sesuatu yang bernama sesal, yang dapat lebih anda rasakan, sendiri.
With much love and happyness,
June 12th, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar