CHOICES

Minggu, 04 September 2011

Buku, Menulis, Membaca

Saya yakin bahwa kita telah cukup terbiasa, walau sebagian memang karena terpaksa, dengan sebuah benda bernama buku. Kehidupan sebagai civitas akademika memang menuntut kita untuk berdamai dengan benda fenomenal tersebut. Mau tak mau.

Dahulu, saya tidak pernah begitu dekat dengan buku. Rasanya sekarang juga tidak terlalu. Namun satu hal yang bisa saya pastikan apabila saya tak pernah mengenal buku dengan lebih dekat: Saya tidak akan tahu apa yang akan saya lakukan dengan hidup saya.

Keterlibatan saya dalam kehidupan teks sebenarnya tidak pernah saya perkirakan sebelumnya. Dikarenakan perkataan seorang dosen, ”Masa, anak SD Qoriyah Tayyibah saja mampu menulis sebuah buku, kalian tidak bisa?” Sejak saat itu, saya mulai menulis apapun. Namun pada awalnya semua hanyalah obsesi untuk menghasilkan sebuah karya. Saya tidak pernah tahu apa dampak yang saya dapat kemudian.

Menulis membuat kita membaca. Karena itulah, saya mulai mendalami bagaimana orang-orang menulis. 

Terutama mereka yang telah cukup dikenal. Dari situlah, saya kemudian dapat memahami banyak hal yang ada di luar jangkauan diri saya sebelumnya. Yang tidak pernah saya dapatkan di dunia keseharian saya.
Hal-hal yang didapatkan dari membaca itulah yang membuat saya pada akhirnya lebih memahami diri saya sendiri. Saya membayangkan betapa saya adalah seorang anak ingusan yang tak mengerti apa-apa sebelum saya menemukan perubahan diri tersebut. Entah apa yang akan terjadi dengan kehidupan saya, bila hal itu: menulis, membaca, dan buku, tidak pernah saya cerna baik-baik.

Mereka adalah hal-hal yang telah mengubah hidup saya. Lalu, mengapa saya tidak mengabdikan hidup saya untuk memberika pengalaman yang serupa bagi orang yang lebih banyak?
Saya mohon, cobalah, paling tidak untuk menulis.

With much love and happyness,
March 17th, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar