Saya yakin bahwa kita telah cukup terbiasa, walau
sebagian memang karena terpaksa, dengan sebuah benda bernama buku.
Kehidupan sebagai civitas akademika memang menuntut kita untuk berdamai
dengan benda fenomenal tersebut. Mau tak mau.
Dahulu, saya tidak pernah begitu dekat dengan buku.
Rasanya sekarang juga tidak terlalu. Namun satu hal yang bisa saya
pastikan apabila saya tak pernah mengenal buku dengan lebih dekat: Saya
tidak akan tahu apa yang akan saya lakukan dengan hidup saya.
Keterlibatan saya dalam kehidupan teks sebenarnya
tidak pernah saya perkirakan sebelumnya. Dikarenakan perkataan seorang
dosen, ”Masa, anak SD Qoriyah Tayyibah saja mampu menulis sebuah buku,
kalian tidak bisa?” Sejak saat itu, saya mulai menulis apapun. Namun
pada awalnya semua hanyalah obsesi untuk menghasilkan sebuah karya. Saya
tidak pernah tahu apa dampak yang saya dapat kemudian.
Menulis membuat kita membaca. Karena itulah, saya
mulai mendalami bagaimana orang-orang menulis.
Terutama mereka yang
telah cukup dikenal. Dari situlah, saya kemudian dapat memahami banyak
hal yang ada di luar jangkauan diri saya sebelumnya. Yang tidak pernah
saya dapatkan di dunia keseharian saya.
Hal-hal yang didapatkan dari membaca itulah yang
membuat saya pada akhirnya lebih memahami diri saya sendiri. Saya
membayangkan betapa saya adalah seorang anak ingusan yang tak mengerti
apa-apa sebelum saya menemukan perubahan diri tersebut. Entah apa yang
akan terjadi dengan kehidupan saya, bila hal itu: menulis, membaca, dan
buku, tidak pernah saya cerna baik-baik.
Mereka adalah hal-hal yang telah mengubah hidup saya. Lalu, mengapa saya tidak mengabdikan hidup saya untuk memberika pengalaman yang serupa bagi orang yang lebih banyak?
Saya mohon, cobalah, paling tidak untuk menulis.
With much love and happyness,
March 17th, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar